Powered By Blogger

Jumat, 30 Desember 2011

ANALISIS KRITIS TEORI MEDAN KURT LEWIN (Makalah Rina Diah Rahma)
Kurt Lewin mendapat julukan sebagai Bapak Psikologi Sosial karena buah karya dan pemikiran-pemikirannya yang memiliki dampak yang mendalam terhadap psikologi sosial terutama dalam masalah dinamika kelompok dan penelitian tindakan. Namun demikian, buah karya dan pemikirannya tersebut juga sangat relevan bagi para pendidik dalam dunia pendidikan. Salah satu buah pemikirannya yang masih dapat dijadikan referensi guna merujuk perkembangan metode pembelajaran yang makin beragam adalah Teori Medan kognitif yang lebih dikenal dengan Teori Medan.
Teori Medan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam psikologi Gestalt. Konstribusi penting dari psikologi ini adalah kritiknya terhadap pendekatan molekular yang tidak menyeluruh dari behaviorisme S-R. Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Diantara prinsip penting dalam belajar ala psikologi Gestal adalah adanya insight atau pemahaman dan pencerahan. Kemudian Lewin menambah unsur baru dari teori belajar gestalt yang disebut sebagai Teori Medan Kognitif. Menurut Lewin, individu berada dalam suatu medan kekuatan psikologis. Individu bereaksi dengan life space (Ruang Hidup) yang mencakup perwujudan lingkungan di mana siswa bereaksi dengan orang-orang yang ditemui, obyek material yang dihadapi serta fungsi-fungsi kejiwaan yang dimiliki. Selain faktor-faktor yang sifatnya personal, perilaku individu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat sosial lingkungan. Lewin berpendapat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang bersifat pribadi dan faktor yang bersifat sosial
Inti dari teori ini adalah adanya Life space (LS) yang merupakan konstelasidari faktor-faktor yang menentukan baik individual maupun lingkungan. Perilaku seseorang (B) dapat digambarkan sebagai fungsi dari  Life space (LS) dimana LS terdiri dari faktor personal (P) dan lingkungan (E). Jadi dalam bentuk persamaan maka  B= f(P,E). Life space terbentuk dari motif-motif, sikap dan hal lain yang merupakan keunikan dari kepribadian seseorang ditambah dengan tekanan-tekanan sosial seperti norma, hukum dan sebagainya. Life space ini terbagi atas area atau daerah-daerah yang berbeda dimana lifespace ini merupakan semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku dikatakan sebagai pergerakan dalam life space yang merupakan resultan dari kekuatan-kekuatan. Kombinasi kekuatan positif dan negatif akan menentukan perilaku dari seseorang.
Belajar merupakan fenomena kognisi yang penekanannya  lebih tertuju pada proses mental dan bukan sekedar pengalaman empiris. Disinilah letak perbedaan mendasar antara kaum kognitivisme dengan behavioralisme.  Menurut teori ini belajar berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam tuntutannya, berupa kegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium, di workshop, di luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian, ulangan dan lain-lain, pada dasarnya merupakan hambatan yang harus diatasi. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara  optimal.
Kelebihan Teori Medan:  menurut Gestaltis belajar adalah fenomena kognitif. Kognisi sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Oleh sebab itu belajar merupakan proses mental dan aspek-aspek belajar adalah unik bagi spesies manusia. Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field (medan persepsi). Setiap medan persepsi memiliki organisasi yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu, Psikologi gestalt menekankan adanya pengorganisasian proses-proses dalam persepsi, belajar dan problem solving dan juga mempercayai bahwa setiap individu diarahkan untuk mengorganisasikan serpihan informasi yang bersumber dari beragam cara atau proses. Pengorganisasian inilah yang kemudian mempengaruhi makna yang dibentuk.
kritik dan kekurangan teori medan: Walaupun terdapat kelebihan yang ditawarkan Lewin, tetapi ada juga kritik terhadap teori Lewin. Kritik tersebut adalah sebagai berikut.
1.           Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan obyektif. Lewin memang mengemukakan sifat bondaris antara lingkungan psikologis dengan lingkungan obyektif yang permenable, tetapi hal ini tidak diikuti oleh penjelasan dinamika bagaimana lingkungan luar itu mempengaruhi region-region atau menjadi region baru.
2.           Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu tingkah laku. Ini merupakan resiko teori yang mementingkan masa kini dan masa yang akan datang. Teori ini juga terlalu berpusat terhadap aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga mengabaikan tingkah laku motoris yang nampak dari luar.
3.           Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika. Memang tidak mudah memahami jiwa dengan memakai rumus-rumus matematika. Bahkan Lewin berani mengambil resiko dengan memakai istilah-istilah dalam matematika dan fisika untuk dipakai dalam psikologi dengan makna yang sangat berbeda dengan makna aslinya.
4.           Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya. Penggambaran topologis dan vaktorial dari Lewin tidak mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkah laku.
5.           Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberikan arti yang kabur.

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar